EFEKTIFITAS
ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
Pembelajaran dengan
Role Playing
Pembelajaran dengan role playing adalah suatu cara penguasaan
bahanbahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa dengan memerankannya
sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan siswa dan
membuat siswa senang belajar serta metode ini mempunyai nilai tambah yaitu: (a)
dapat menjamin partisipasi seluruh siwa dan member kesempatan yang sama untuk
menunjukkan kemampuannya dalam bekerjasama hingga berhasil, dan (b) permainan
merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa (Prasetyo, 2001).
Pembelajaran dengan role playing merupakan suatu aktivitas yang dramatik,
biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil siswa, bertujuan mengeksploitasi
beberapa mesalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya
dapat meningkatkan pemahaman (Prasetyo, 2001). Menurut Mulyasa (2005)
pembelajaran dengan role playing ada tujuh tahap yaitu pemilihan masalah,
pemilihan peran, menyusun tahap-tahap bermain peran, menyiapkan pengamat, tahap
pemeranan, diskusi dan evaluasi serta pengambilan keputusan. Pada tahap
pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan
peserta didik agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk
mencari penyelesaiannya. Tahap pemilihan peran memilih peran yang sesuai dengan
permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus
dikerjakan oleh para pemain. Selanjutnya menyusun tahap-tahap bermain peran.
Dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa bisa menambah dialog
sendiri. Tahap berikutnya adalah menyiapkan pengamat. Pengamat dari kegiatan
ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran. Setelah semuanya
siap maka dilakukan kegiatan pemeranan. Pada tahap ini para peserta didik mulai
bereaksi sesuai dengan peran masing-masing sesuai yang terdapat pada skenario
bermain peran. Dalam hal ini guru menghentikan permainan pada saat terjadi
pertentangan agar memancing permasalahan agar didiskusikan. Masalah yang muncul
dari bermain peran, dibahas pada tahap diskusi dan evaluasi. role playing
disebut juga metode sosiodrama. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan
tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial (Djamarah dan Zain, 2002).
Role playing menurut Djamarah dan Zain (2002) mempunyai beberapa
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a. Kelebihan metode Role Playing
1)
Siswa melatih dirinya untuk
memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Sebagai pemain harus
memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang
harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan
lama.
2)
Siswa akan berlatih untuk
berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut
untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
3)
Bakat yang terdapat pada siswa
dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama
dari sekolah.
4)
Kerjasama antar pemain dapat
ditumbuhkan dan dibina dengan sebaikbaiknya.
5)
Siswa memperoleh kebiasaan
untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
6)
Bahasa lisan siswa dapat
dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain.
b. Kelemahan metode Role Playing
1)
Sebagian anak yang tidak ikut
bermain peran menjadi kurang aktif.
2)
Banyak memakan waktu.
3)
Memerlukan tempat yang cukup
luas.
4)
Sering kelas lain merasa
terganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan penonton/pengamat.
c. Proses pelaksanaan metode Role Playing
1)
Pemilihan masalah, guru
mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupanpeserta didik agar mereka
dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya.
2)
Pemilihan peran, memilih peran
yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan
apa yang harus dikerjakan oleh para pemain.
3)
Menyusun tahap-tahap bermain
peran, dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa dapat juga
menambahkan dialog sendiri.
4)
Menyiapkan pengamat, pengamat
dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran.
5)
Pemeranan, dalam tahap ini
para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing yang
terdapat pada skenario bermain peran.
6)
Diskusi dan evaluasi,
mendiskusikan masalah-masalah serta pertanyaan yang muncul dari siswa.
7)
Pengambilan kesimpulan dari
bermain peran yang telah dilakukan.
Jadi pembelajaran dengan role playing merupakan cara belajar
yang dilakukan dengan cara membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan setiap
kelompok memerankan karakter sesuai dengan naskah yang telah dibuat dan materi
yang telah ditentukan oleh guru, sehingga siswa lebih mudah memahami dan
mengingat materi yang telah diperankan tersebut.
By : Darti Retno Widyastuti
A510100271/
IV F
Tidak ada komentar:
Posting Komentar